Latest News

Kumpulan Opini Kompas: Islam Nusantara Untuk Dunia

Laporan Diskusi Kompas-NU (3)

Islam Nusantara yang berwajah toleran dan moderat sanggup menjadi model yang sanggup mengubah pandangan negatif negara-negara Barat terhadap Islam selama ini. Oleh alasannya yakni itu , Islam Nusantara yang elastis dengan budaya lokal perlu lebih dikenalkan ke dunia internasional.

Dalam beberapa tahun terakhir , sejumlah negara di Timur Tengah dan Eropa sering mengundang cendekiawan Muslim Indonesia. Mereka ingin mengetahui lebih dalam perihal Islam yang berkembang di Indonesia atau Islam Nusantara yang wajahnya sama dengan Islam washatiyyah , yaitu Islam yang ada di tengah , tidak berada dalam kutub ekstrem dalam pemahaman dan pengamalannya.

Mereka kagum bagaimana Islam di Indonesia sanggup hidup rukun dengan agama lain dan berakulturasi dengan budaya lokal. Terlebih , bagaimana Islam di Indonesia sanggup berdampingan dengan demokrasi.

Selama ini agak sulit menemukan model demokrasi di dunia Muslim. "Arab Spring" yang dimulai 2011 sempat menawarkan cita-cita tumbuhnya demokrasi di dunia Arab. Namun , yang lalu terjadi yakni kekacauan dan kembalinya rezim militer ke sentra kekuasaan.

Kondisi ini membuat Indonesia menjadi model yang sangat baik dalam hal relasi antara Islam dan demokrasi. Indonesia telah menawarkan pola bahwa Islam kompatibel dengan demokrasi.

Kehadiran Islam Nusantara sebagai model makin diharapkan menyusul berkembangnya paham radikal dan agresi terorisme yang mengatasnamakan Islam ibarat yang dilakukan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) atau Boko Haram di Nigeria.

Namun , alasannya yakni imbas peradaban dan geopolitik dunia Islam masih didominasi Timur Tengah , yang terjadi di Timur Tengah masih sering dianggap sebagai representasi dari Islam. Sebagian besar masyarakat Barat belum mengetahui Islam Nusantara.

Di benak dominan masyarakat Barat , Islam yakni apa yang selama ini terefleksi di Timur Tengah. Kehadiran kelompok ibarat NIIS makin memperburuk gambaran Islam.

Namun , masyarakat Barat tetap meyakini , wajah Islam yang sering diperlihatkan para teroris dan gerakan radikal bukanlah Islam yang sebenarnya. Mereka hanya memakai Islam untuk kepentingan politik sesaat sehingga dilihat sebagai Islam politik yang tidak didasarkan pada asas-asas agama.

Hegemoni Islam politik harus diganti dengan Islam yang ditopang oleh nilai-nilai agama , yang berwajah toleran dan membuat perdamaian. Dengan pertimbangan ini , Islam Nusantara ini harus lebih dikenalkan ke masyarakat Eropa sehingga mereka sanggup memahami wajah Islam yang sebenarnya.

Poros

Selama ini , ada sejumlah penyebab Islam Nusantara belum banyak dikenal masyarakat Barat. Hal itu antara lain alasannya yakni selama Orde Baru , pemerintah cenderung menutup diri dalam hal keagamaan. Rezim Orde Baru juga cenderung kurang menawarkan kesempatan kepada ormas keagamaan ibarat Nahdlatul Ulama (NU) , yang merupakan pilar dari Islam Nusantara.

Padahal , Indonesia sejatinya mempunyai modal yang cukup untuk menyebarluaskan Islam Nusantara sekaligus menjadi poros utama dunia Islam.

Hal itu alasannya yakni di Indonesia terdapat hampir 200 juta orang yang beragama Islam. Jauh lebih besar dibandingkan dengan Mesir yang mempunyai sekitar 80 juta penduduk atau Arab Saudi yang dihuni sekitar 26 ,5 juta orang. Indonesia merupakan negara demokrasi ketiga terbesar di dunia sehabis India dan Amerika Serikat.

Secara psikologis , Islam Indonesia juga tidak terbebani oleh ironi dan bencana sejarah ibarat yang dialami masyarakat Muslim di Timur Tengah.

Kini , Indonesia harus lebih proaktif mengembangkan Islam Nusantara ke dunia internasional semoga pengaruhnya sanggup semakin cepat. Guna melaksanakan hal itu , perlu penguatan jaringan Islam washatiyyah , baik di tingkat nasional , regional , maupun internasional.

Penguatan jaringan ini berarti memfasilitasi proses yang memungkinkan Islam Nusantara sanggup mempunyai jaringan yang padu secara internal dan pada dikala yang sama mempunyai relasi dengan organisasi masyarakat sipil di dunia Muslim ataupun lingkungan internasional yang lebih luas. Dengan demikian , Islam washatiyyah di Indonesia sanggup menjadi gerakan yang mempunyai dimensi internasional.

Kementerian Luar Negeri sanggup bekerja sama dengan Kementerian Agama dan ormas Islam untuk memperluas ekspose Islam Nusantara ke dunia internasional. Ini alasannya yakni ormas Islam ibarat NU dan Muhammadiyah tidak sanggup sendirian mengenalkan Islam Nusantara ke dunia internasional.

Sepanjang 2005-2009 , Indonesia dengan Islam Nusantaranya pernah sangat aktif memainkan tugas sebagai penengah dan pendamai konflik-konflik yang terjadi di negara lain. Saat itu , Kementerian Luar Negeri Indonesia bekerja sama dengan ormas Islam dan sejumlah tokoh Islam Indonesia mengambil inisiatif dalam sejumlah pertemuan antar-agama dan antar-peradaban yang diselenggarakan di banyak sekali belahan dunia. Pada periode itu , Indonesia juga pernah mengundang pimpinan Hamas dan Fatah serta pimpinan Muslim Thailand selatan (Patani) dalam perjuangan menuntaskan konflik di antara pihak-pihak yang bertikai.

Ini selaras dengan amanat konstitusional dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menegaskan Indonesia harus berperan aktif dalam turut membangun perdamaian dunia. Tugas mulia ini terletak di bahu pemerintah dan seluruh bangsa Indonesia. ●  (M Fajar Marta)

0 Response to "Kumpulan Opini Kompas: Islam Nusantara Untuk Dunia"

Total Pageviews